Jumat, 08 April 2011

Menumbuhkan Pola Fikir dan Perilaku Ramah Lingkungan

Foto/Ilustrasi
Begitupun dalam konteks berfikir asosiatif yang sederhana tentang pola fikir hijau (green mind), tidaklah sulit dan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun. Dengan kata lain green mind adalah penggunaan ide dan cita rasa seseorang dengan mengutamakan kepedulian terhadap lingkungan. Selanjutnya, dari konsep green mind ini akan tumbuh dan berkembang menjadi sebuah tindakan/perilaku hijau (green action) yang kreatif, inovatif, strategis dan kritis.


Mengapa pola fikir dan perilaku ramah lingkungan saat ini penting? Kenyataan yang ada menunjukan bahwa kemajuan zaman telah menciptakan kemunduran perilaku ramah lingkungan. Pembangunan yang berjalan cepat ternyata tidak dapat membendung proses kerusakan dan degradasi lingkungan yang berakibat sistem penunjang kehidupan alami yang ada sekarang ini terancam serius. Misalnya rusaknya lapisan ozon, naiknya suhu bumi dan permukaan laut, perubahan cuaca secara global, meningkatnya banjir, berkurangnya luas areal hutan, berkurangnya volume air, berkurangnya keanekaragaman hayati, meningkat serta meluasnya pencemaran air, tanah dan udara. 
Menurut Psikolog Elke Weber dalam http://www.peopleandplace.net mengatakan bahwa solusi rekayasa bukan berarti tidak penting, tetapi jika itu disebabkan oleh perilaku manusia, maka solusinya mungkin juga terletak pada perubahan perilaku manusia. Dalam konteks ini Weber dan rekan-rekannya di Columbia University's Center for Research on Environmental Decisions (CRED) mengatakan bahwa kerusakan lingkungan, terutama ketidakpastian terhadap perubahan iklim dapat diselesaikan dengan mengubah perilaku manusia, peran penting lembaga, insentif, dan norma sosial.
Dalam prakteknya perilaku ramah lingkungan tidaklah sulit, karena bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya; menggunakan listrik untuk penerangan atau peralatan dengan seperlunya, menggunakan ventilasi yang struktural untuk penyejuk ruangan daripada menggunakan Air Condition (AC), menanam pohon di kebun atau halaman untuk mengurangi karbondioksida, mengurangi penggunaan bahan kimia terutama bahan detergen dan bahan pembersih yang mengandung phospat, dan banyak lagi.
Namun demikian hasil penelitian National Geographic dengan menggunakan pengukuran Greendex Tahun 2010, dikutip dari http://bataviase.co.id, telah membukakan mata mengenai definisi perilaku ramah lingkungan. Ternyata perilaku ramah lingkungan, bukan hanya membuang sampah pada tempatnya, menghemat penggunaan listrik, dan menghemat penggunaan bahan bakar. Perilaku ramah lingkungan versi Greendex terukur dari 65 aktivitas kegiatan. Ukuran tersebut, di antaranya, pola masyarakat menggunakan transportasi (apakah masyarakat cenderung menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum), semakin masyakarat menggunakan kendaraan umum dibandingkan dengan kendaraan pribadi, skor perilaku ramah lingkungan semakin tinggi.
Memang mobilitas yang tinggi di perkotaan menuntut tersedianya sarana transportasi (baca: transportasi publik) yang handal. Jika kita lihat di negara-negara maju, masyarakat di perkotaan sudah mengandalkan transportasi publik. Masyarakat hanya menggunakan kendaraan pribadi jika akan mengadakan perjalanan jauh atau untuk liburan bersama keluarga. Namun yang terjadi di Indonesia transportasi publik belum dapat menjembatani tingginya mobilitas masyarakat perkotaan. Masyarakat perkotaan di Indonesia rata-rata lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding menggunakan transportasi publik.
Contoh kasus seperti dikutip dari blog "Catatan Ganang"dalam http://greenlifestyle.or.id hingga bulan Februari 2010 tercatat ada sekitar 6,5 juta unit kendaraan bermotor melintas jalanan di Jakarta. Dari jumlah sebanyak itu tercatat ada 98,6 % (sekitar 6,4 juta unit) merupakan kendaraan pribadi. Hal ini sangat kontras dengan jumlah transportasi publik yang ada di Jakarta. Jumlah transportasi publik di Kota Jakarta hanya 1,4 % (sekitar 88.477 unit ) dari jumlah kendaraan yang ada di Jakarta. Angka lain yang cukup mencengangkan adalah tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor di Jakarta. Berdasarkan sumber yang sama, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pertumbuhan kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 10%. Pertumbuhan mobil di Jakarta mencapai 240 unit per hari, sedangkan pertumbuhan motor di Jakarta mencapai 890 unit per hari.
Pembentukan karakter, pola pikir dan perilaku manusia yang menghargai dan peduli terhadap lingkungan harus terus ditumbuhkembangkan sejak dini. Agar kita mampu melahirkan generasi-generasi mendatang yang sehat dan cerdas. Ingat, alam ini bukanlah warisan dari nenek moyang kita, tetapi hanya meminjam dari anak cucu kita.

Referensi Artikel: 

Tidak ada komentar: